
Siapa sih yang waktu kecil nggak pernah berandai-andai punya satu alat dari kantong ajaib Doraemon? Mungkin ada yang mau Baling-Baling Bambu biar nggak kena macet, atau Roti Pengingat biar ujian auto lancar. Tapi, kayaknya kita semua setuju, primadona dari semua gawai ajaib itu adalah Pintu Kemana Saja. Bayangin aja, telat bangun buat sekolah atau ngampus? Buka pintu, jreng! Udah sampai di depan kelas. Mau liburan dadakan ke puncak gunung atau pantai di Bali? Tinggal putar kenopnya, dan selamat menikmati liburan! Fantasi yang indah banget, kan?
Tapi, pernah nggak sih kamu kepikiran, seandainya Pintu Kemana Saja itu beneran ada, kira-kira bagaimana ya cara kerjanya? Apakah itu murni sihir fiksi, atau jangan-jangan ada sedikit percikan sains nyata di baliknya? Nah, daripada cuma jadi angan-angan, yuk kita coba bedah dan bongkar konsep sains di balik cara kerja Pintu Kemana Saja Doraemon. Siap-siap, karena perjalanan kita akan sedikit menembus ruang dan waktu!
Daftar Isi
Teori Lubang Cacing (Wormhole): Jalan Pintas Menembus Ruang & Waktu
Kalau kita ngomongin soal “jalan pintas” antar dua tempat yang berjauhan di alam semesta, para fisikawan punya satu konsep yang populer banget: wormhole atau Lubang Cacing. Tenang, ini bukan cacing beneran, kok. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh fisikawan John Wheeler, meskipun idenya sudah ada dalam teori relativitas umum Einstein. Nama resminya sedikit lebih keren: Jembatan Einstein-Rosen. Konsep inilah yang paling sering dipakai untuk menjelaskan cara kerja Pintu Kemana Saja Doraemon.
Bayangin deh, kamu punya selembar kertas super besar yang melambangkan alam semesta atau ruang tempat kita tinggal. Titik A adalah lokasimu sekarang (misalnya kamar kosan), dan Titik B adalah tujuanmu (misalnya puncak Gunung Fuji di Jepang). Cara normal untuk ke sana adalah dengan berjalan atau menempuh perjalanan di atas permukaan kertas itu, yang pastinya butuh waktu lama. Nah, wormhole bekerja dengan cara “melipat” kertas (ruang) itu sehingga Titik A dan Titik B jadi saling berdekatan, lalu membuat sebuah “terowongan” yang menembus lipatan itu. Voila! Jarak yang tadinya ribuan kilometer jadi bisa ditempuh dalam sekejap. Pintu masuknya adalah pintu di kamarmu, dan pintu keluarnya adalah pintu yang muncul di Gunung Fuji.
Gimana Cara Kerjanya? Energi Super Besar dan Pemetaan Spasial
Oke, konsep wormhole kedengarannya keren. Tapi pertanyaan selanjutnya, gimana cara si Pintu Kemana Saja Doraemon ini bisa menciptakan dan menstabilkan lubang cacing sesuka hati? Di sinilah fiksi ilmiah mengambil alih, namun kita tetap bisa berspekulasi dengan logika sains. Pertama, untuk bisa “melipat” dan “melubangi” jalinan ruang dan waktu, dibutuhkan energi yang luar biasa besar. Jauh lebih besar dari semua energi yang bisa dihasilkan oleh seluruh pembangkit listrik di Bumi saat ini. Mungkin saja di dalam Pintu Kemana Saja itu tertanam sebuah reaktor fusi mini atau sumber energi lain dari abad ke-22 yang belum kita kenal.
Kedua, dan ini yang nggak kalah penting, adalah sistem navigasinya. Saat Nobita memutar kenop pintu dan menyebutkan tujuannya, pintu itu harus bisa memetakan koordinat yang sangat presisi di jalinan ruang-waktu. Salah sedikit saja, bisa-bisa keluarnya malah di tengah Samudra Pasifik atau, lebih parahnya, di dalam inti matahari. Artinya, Pintu Kemana Saja Doraemon harus punya semacam GPS kuantum super canggih yang terhubung ke sebuah peta tiga dimensi seluruh planet (bahkan alam semesta) yang terus di-update secara real-time. Menurut Michio Kaku dalam bukunya Physics of the Impossible, manipulasi ruang-waktu semacam ini adalah salah satu tantangan teknologi terbesar bagi peradaban manusia (Kaku, 2008).
Jadi, Apakah Pintu Kemana Saja Doraemon Mungkin Dibuat di Dunia Nyata?
Setelah melihat teori dan tantangannya, kita sampai pada pertanyaan pamungkas: mungkinkah kita membuatnya di dunia nyata? Jawabannya untuk saat ini adalah: sangat sulit, bahkan nyaris mustahil dengan teknologi kita sekarang. Ada beberapa kendala besar. Pertama, seperti yang disebut tadi, kebutuhan energinya yang astronomis. Kedua, para ilmuwan meyakini bahwa wormhole secara alami sangat tidak stabil. Begitu terbentuk, ia akan langsung runtuh dalam sekejap mata.
Untuk membuatnya tetap terbuka cukup lama agar seseorang bisa melewatinya, dibutuhkan sesuatu yang disebut “materi eksotis” (exotic matter). Ini bukan materi biasa seperti proton atau elektron. Materi eksotis ini secara teori punya sifat aneh, yaitu massa negatif atau tekanan negatif yang bisa “menopang” terowongan ruang-waktu agar tidak kolaps (Morris & Thorne, 1988). Masalahnya, sampai detik ini, keberadaan materi eksotis ini masih murni di atas kertas alias hipotesis. Kita belum pernah menemukan atau membuatnya.
Pada akhirnya, Pintu Kemana Saja Doraemon tetaplah sebuah alat fiksi yang indah. Namun, ia berhasil memantik imajinasi kita tentang kemungkinan-kemungkinan tak terbatas yang ditawarkan oleh sains. Siapa tahu, ratusan atau ribuan tahun dari sekarang, ketika peradaban manusia sudah jauh lebih maju, konsep teleportasi instan melalui manipulasi ruang-waktu bukan lagi sekadar mimpi di siang bolong. Sama seperti kakek-nenek kita dulu yang mungkin menganggap panggilan video adalah sihir, mungkin suatu hari nanti keturunan kita akan menganggap Pintu Kemana Saja sebagai hal yang biasa.
Suka dengan tulisan di WartaCendekia? Kamu bisa dukung kami via SAWERIA. Dukunganmu akan jadi “bahan bakar” untuk server, riset, dan ide-ide baru. Visi kami sederhana: bikin ilmu pengetahuan terasa dekat dan seru untuk semua. Terima kasih, semoga kebaikanmu kembali berlipat.
Daftar Pustaka
- Einstein, A., & Rosen, N. (1935). The Particle Problem in the General Theory of Relativity. Physical Review, 48(1), 73–77.
- Everett, H. (1957). “Relative State” Formulation of Quantum Mechanics. Reviews of Modern Physics, 29(3), 454–462.
- Kaku, M. (2008). Physics of the Impossible: A Scientific Exploration into the World of Phasers, Force Fields, Teleportation, and Time Travel. Doubleday.
- Morris, M. S., & Thorne, K. S. (1988). Wormholes in spacetime and their use for interstellar travel: A tool for teaching general relativity. American Journal of Physics, 56(5), 395–412.
- Sagan, C. (1985). Contact. Simon and Schuster.
Membongkar Cara Kerja Senter Pembesar dan Senter Pengecil!
Bagaimana cara kerja Senter Pembesar dan Senter Pengecil Doraemon kalau kita bedah menggunakan perspektif sains (fiksi) ?
Terungkap! Begini Hipotesis Cara Kerja Lightsaber Star Wars Menurut Sains
Mari jelajahi cara kerja Lightsaber yang mungkin akan membuatmu melihat duel Luke Skywalker dan Darth Vader dengan cara yang benar-benar baru
Membongkar Cara Kerja Henshin: Kok Villain Cuma Nonton?
Gimana sih cara kerja Henshin itu? Kok bisa secepat kilat gitu ya? Yuk,coba kita bedah satu per satu dari perspektif sains
One Response