
Di tengah meningkatnya kesadaran global tentang pentingnya menjaga lingkungan, ajaran Islam ternyata sudah sejak lama menekankan nilai-nilai sustainability atau keberlanjutan. Banyak orang muda bertanya, “Bagaimana, sih, sebenarnya Islam memandang soal lingkungan dan apa saja peran yang bisa diambil oleh Muslim?” Artikel ini akan membahas prinsip sustainability dalam Islam, perintah Al-Qur’an dan Hadis tentang pelestarian alam, contoh praktik nyata, serta relevansinya bagi generasi Muslim saat ini yang ingin berkontribusi menjaga bumi.
Landasan Konsep Sustainability dalam Islam

Dalam Islam, sustainability bukan sekadar tren, tetapi prinsip dasar kehidupan. Konsep khalifah fil ardh atau manusia sebagai pemimpin di bumi (Q.S. Al-Baqarah: 30) menjadi pondasi teologis yang kuat tentang tanggung jawab manusia terhadap lingkungan. Dalam tafsirnya, manusia diberi mandat menjaga, memakmurkan, dan tidak merusak bumi (Esmaeilpour et al., 2016).
Sustainability dalam Islam juga tercermin dari ajaran wasatiyyah atau moderasi. Segala aktivitas dianjurkan seimbang dan tidak berlebihan, termasuk dalam mengelola sumber daya alam. Prinsip ini mendorong Muslim untuk tidak melakukan pemborosan air, energi, dan bahan makanan (Q.S. Al-A’raf: 31). Bahkan, Rasulullah melarang umatnya berlebihan dalam menggunakan air meskipun sedang berwudhu di sungai yang mengalir (Ibnu Majah).
Ajaran Al-Qur’an dan Hadis tentang Pelestarian Alam

Al-Qur’an banyak memuat ayat-ayat yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan alam. Salah satunya dalam Q.S. Ar-Rum: 41, yang menyatakan kerusakan di darat dan laut terjadi akibat ulah manusia. Pesan ini relevan untuk menyadarkan Muslim agar tidak bersikap eksploitatif.
Selain itu, konsep taharah (kesucian) tidak hanya berlaku untuk tubuh dan ibadah, tetapi juga lingkungan sekitar. Menjaga kebersihan merupakan bagian integral dari iman, sesuai sabda Nabi,“Bersihkanlah halaman rumah kalian karena orang-orang Yahudi tidak suka membersihkan halaman rumah mereka” (HR. Ath Thabarani dalam Al Ausath, 4/231, dihasankan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, no.236)..
Praktik Sustainability dalam Tradisi dan Sejarah Islam

Sejarah mencatat banyak contoh sustainability dalam peradaban Islam. Salah satunya adalah sistem irigasi tradisional qanat di Persia yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Di Andalusia, umat Muslim mengembangkan pertanian organik dan sistem rotasi tanaman yang mendukung kelestarian tanah (Abdullah, 2018).
Praktik waqf (wakaf), seperti taman, sumber air, dan lahan pertanian, juga menjadi model nyata pengelolaan sumber daya alam berbasis prinsip sustainability. Waqf tidak hanya untuk kepentingan sesaat, tetapi harus terus memberi manfaat jangka panjang bagi masyarakat luas (Khalid & O’Brien, 1997).
Peran Muslim Masa Kini dalam Menjaga Lingkungan
Bagaimana dengan Muslim zaman sekarang? Peran Muslim dalam menjaga lingkungan bisa diwujudkan melalui beberapa langkah nyata, antara lain:
1. Edukasi dan Advokasi Lingkungan
Generasi muda Muslim dapat aktif dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya sustainability, baik melalui media sosial, kajian masjid, maupun kegiatan komunitas. Membawa narasi “Islam mengajarkan sustainability” ke ruang-ruang publik bisa mendorong perubahan perilaku yang lebih ramah lingkungan (Omar & Nawawi, 2016).
2. Praktik Gaya Hidup Eco-Islami
Gaya hidup ramah lingkungan bisa dimulai dari hal-hal sederhana, seperti mengurangi plastik, hemat air, memilih produk lokal, hingga bersepeda atau berjalan kaki. Mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam aktivitas sehari-hari menjadi bentuk ibadah yang relevan dengan isu kekinian.
3. Mendorong Inovasi dan Gerakan Hijau
Banyak komunitas Muslim saat ini sudah mulai membangun ekosistem masjid ramah lingkungan—misalnya, mengelola limbah, menanam pohon di area masjid, atau mengadakan kegiatan “Jumat Bersih”. Inisiatif-inisiatif ini bukan hanya memberikan contoh konkret, tapi juga memperkuat identitas Muslim sebagai agen perubahan sosial (Esmaeilpour et al., 2016).
Tantangan dan Peluang Muslim dalam Sustainability

Tidak dipungkiri, penerapan sustainability di lingkungan Muslim masih menghadapi sejumlah tantangan. Rendahnya literasi lingkungan, minimnya edukasi berbasis agama, dan masih adanya stigma bahwa isu lingkungan hanya urusan pemerintah atau aktivis tertentu adalah beberapa hambatan nyata.
Namun, peluang selalu terbuka. Banyak lembaga Islam, baik di tingkat lokal maupun global, yang sudah mulai bergerak ke arah green movement. Fatwa MUI tentang pengelolaan sampah, gerakan eco-pesantren, hingga pengembangan kurikulum pendidikan lingkungan berbasis nilai Islam adalah contoh langkah progresif yang patut diapresiasi.
Sinergi Nilai Keislaman dan Gerakan Lingkungan Global

Sustainability yang diajarkan Islam sangat selaras dengan agenda lingkungan global seperti Sustainable Development Goals (SDGs). Kolaborasi antara nilai-nilai keislaman dan inisiatif global akan memperkuat upaya mitigasi perubahan iklim, pelestarian alam, dan pembangunan berkelanjutan (Abdullah et al., 2018).
Hal ini membuktikan bahwa “Islam mengajarkan sustainability” bukan slogan kosong, melainkan kunci solusi bagi problematika lingkungan saat ini. Dengan menjadikan ajaran Islam sebagai landasan, Muslim dapat menjadi motor penggerak perubahan untuk masa depan bumi yang lebih baik.
Menjadi Muslim yang Berdaya Lingkungan

Sebagai penutup, Islam tidak hanya bicara tentang hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga menempatkan manusia sebagai penjaga bumi. Dengan mengamalkan prinsip sustainability yang tertanam dalam ajaran Islam, setiap Muslim berpotensi menjadi pelopor gerakan lingkungan di komunitasnya.
Mulai dari langkah kecil, seperti menjaga kebersihan dan menghemat air, hingga aktif dalam advokasi lingkungan, semua itu adalah bagian dari ibadah. Kini, saatnya generasi Muslim mengambil peran nyata, membuktikan pada dunia bahwa Islam mengajarkan sustainability bukan hanya untuk hari ini, tapi untuk generasi mendatang.
Lantas, sudahkah kamu mengamalkan prinsip-prinsip sustainability dalam kehidupan sehari-hari?
Daftar Pustaka
- Abdullah, A., Salleh, M., & Noor, M. (2018). Islamic perspectives on environmental sustainability: Principles, issues, and solutions. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, 8(12), 41-54. https://doi.org/10.6007/IJARBSS/v8-i12/4983
- Esmaeilpour, M., Mahmoudi, S. M., & Forouzanfar, F. (2016). The concept of sustainable development in Islam. Environment, Development and Sustainability, 18, 1149–1163. https://doi.org/10.1007/s10668-015-9687-5
- Khalid, F., & O’Brien, J. (1997). Islam and ecology. New York: Cassell.
- Omar, N. A., & Nawawi, M. N. M. (2016). Environmental awareness and practices among Muslims in Malaysia: A conceptual framework. Procedia Economics and Finance, 37, 471–478. https://doi.org/10.1016/S2212-5671(16)30151-4
- Sahih Muslim. (n.d.). Book of Purification. Hadith No. 223. Retrieved from https://sunnah.com/muslim/2/1
Islam Mengajarkan Sustainability: Gimana Muslim Bisa Berperan dalam Menjaga Lingkungan?
Islam mengajarkan sustainability lewat prinsip lingkungan hidup dan ajaran Nabi. Temukan peran Muslim menjaga bumi di sini!
Mungkinkah Lebah Punah? Konsekuensi Besar bagi Ketahanan Pangan Dunia
Ancaman punahnya lebah bisa mengganggu ketahanan pangan dunia. Temukan peran vital lebah dan dampaknya bagi ekosistem dan produksi pangan global.
Peran Semut dalam Ekosistem Pertanian: Sahabat atau Musuh?
Semut di pertanian: pengendali hama atau pelindung kutu? Cari tahu peran ganda mereka!