Kenapa Bumi berputar" adalah sebuah kisah epik yang membawa kita kembali ke masa lalu, sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu, saat tata surya kita bahkan belum terbentuk
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Ilustrasi Planet Bumi (https://unsplash.com/@nuvaproductions)

Pernahkah kamu berdiri di sore hari, menatap matahari yang perlahan tenggelam di ufuk barat, lalu bertanya-tanya, “Sebenarnya, apakah matahari yang bergerak, atau kita yang bergerak?” Sejak kecil kita diberitahu bahwa Bumilah yang berputar pada porosnya, menyebabkan terjadinya siang dan malam. Tapi, pernahkah terpikir lebih dalam: kenapa Bumi berputar? Kenapa planet kita ini tidak diam saja di angkasa?

Ini bukan pertanyaan sepele. Jawaban dari “kenapa Bumi berputar” adalah sebuah kisah epik yang membawa kita kembali ke masa lalu, sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu, saat tata surya kita bahkan belum terbentuk. Ini adalah cerita tentang awan debu raksasa, gravitasi, dan hukum fisika fundamental yang mengatur alam semesta. Jadi, siapkan dirimu, kita akan memulai perjalanan untuk mengungkap salah satu misteri paling mendasar tentang rumah kita. Gini ceritanya.

Awal Mula Tata Surya: Semua Berawal dari Putaran

Untuk mengerti kenapa Bumi berputar, kita harus mundur jauh sebelum Bumi itu sendiri ada. Bayangkan, miliaran tahun lalu, di tempat tata surya kita sekarang berada, hanyalah sebuah awan antarbintang raksasa yang dingin. Awan ini terdiri dari gas (mayoritas hidrogen dan helium) dan partikel debu sisa dari ledakan bintang generasi sebelumnya. Awan raksasa ini tidak diam total; ia memiliki sedikit gerakan, sedikit putaran yang nyaris tak terasa.

Nah, di sinilah gravitasi mulai beraksi. Gravitasi mulai menarik semua materi ini ke arah pusatnya. Seiring materi ini saling mendekat dan memadat, ada satu hukum fisika yang bekerja: kekekalan momentum sudut. Bayangkan seorang penari balet es yang sedang berputar. Ketika ia merentangkan tangannya, putarannya melambat. Tapi begitu ia menarik tangannya ke tubuhnya, putarannya menjadi super cepat. Prinsip yang sama berlaku pada awan gas purba ini. Saat gravitasi menarik semua materi ke pusat, awan itu mulai berputar semakin cepat dan semakin cepat, lalu memipih menjadi sebuah piringan raksasa yang kita sebut piringan protoplanet. Di pusat piringan yang super padat dan panas inilah, Matahari lahir.

Dari Debu Menjadi Planet

Sekarang kita punya Matahari yang baru lahir di pusat, dikelilingi oleh piringan gas dan debu yang berputar kencang. Semua yang ada di dalam piringan ini—Matahari, gas, dan debu—berputar ke arah yang sama. Putaran inilah yang menjadi “cikal bakal” bagi semua planet yang akan terbentuk, termasuk Bumi. Inilah jawaban mendasar dari pertanyaan kenapa Bumi berputar. Putaran ini sudah “terpanggang” sejak awal pembentukan tata surya.

Di dalam piringan yang berputar ini, partikel-partikel debu kecil mulai saling menempel karena gaya elektrostatis, mirip seperti debu yang menempel di layar TV-mu. Gumpalan kecil ini kemudian bertabrakan dan menyatu dengan gumpalan lain, menjadi semakin besar dalam proses yang disebut akresi. Dari butiran pasir, menjadi kerikil, lalu batu besar, hingga akhirnya menjadi objek seukuran asteroid yang disebut planetesimal. Planetesimal ini terus saling bertabrakan dan menyatu, dan yang terbesar mulai mendominasi, menyapu bersih materi di sekitarnya dengan gravitasinya yang semakin kuat.

Salah satu dari planetesimal yang beruntung ini adalah “bayi” Bumi. Setiap kali ia bertabrakan dan menyerap materi lain, ia tidak hanya bertambah besar, tetapi juga mewarisi energi dan momentum dari tabrakan tersebut. Tabrakan dari berbagai sudut inilah yang menjaga dan bahkan menyesuaikan putaran awal Bumi. Saat planet kita menjadi cukup masif, gravitasi mulai menghancurkannya, membuatnya lebih padat. Material berat seperti besi dan nikel tenggelam ke pusat membentuk inti, sementara material yang lebih ringan seperti batuan silikat mengapung membentuk mantel dan kerak. Proses ini, sekali lagi, seperti penari balet yang menarik lengannya, membuat rotasi Bumi menjadi lebih cepat.

Kenapa Putaran Venus dan Uranus Berbeda?

Jika semua planet lahir dari piringan yang sama, seharusnya semuanya berputar ke arah yang sama, kan? Sebagian besar memang begitu. Bumi, Mars, Jupiter, dan Saturnus semuanya berputar berlawanan arah jarum jam (jika dilihat dari atas kutub utara), arah yang sama dengan rotasi Matahari. Namun, ada dua “anak bandel” di tata surya kita: Venus dan Uranus.

Uranus berputar dengan kemiringan ekstrem, hampir 98 derajat. Ini membuatnya seolah-olah “berguling” mengelilingi Matahari. Teori paling populer adalah di masa lalu, sebuah objek seukuran planet menabrak Uranus dengan sangat keras hingga membuatnya “terguling”. Venus, di sisi lain, berputar sangat lambat dan ke arah yang berlawanan (searah jarum jam), sebuah fenomena yang disebut rotasi retrograde. Para ilmuwan belum 100% yakin kenapa, tapi teori terkuat menyebutkan bahwa ini adalah hasil dari tarikan gravitasi Matahari yang kuat pada atmosfer tebal Venus, yang seiring waktu secara perlahan menghentikan putaran aslinya dan kemudian membaliknya.

Skenario ‘Kiamat’: Apa Jadinya Jika Bumi Berhenti Berputar?

Rotasi Bumi terasa begitu konstan sehingga kita sering menganggapnya biasa saja. Namun, putaran inilah yang membuat kehidupan di Bumi menjadi mungkin. Jika suatu hari nanti—secara hipotetis—Bumi berhenti berputar, dampaknya akan sangat dahsyat. Pertama, semua yang tidak menancap kuat ke batuan dasar (manusia, bangunan, lautan, atmosfer) akan terus melaju dengan kecepatan asli Bumi di khatulistiwa (sekitar 1.670 km/jam) dan tersapu bersih dari permukaan. Ini akan menciptakan tsunami dan badai angin global yang tak terbayangkan.

Bahkan jika kita bisa selamat dari bencana awal itu, kondisinya akan tetap mengerikan. Satu sisi Bumi akan terpanggang oleh Matahari secara terus-menerus selama setengah tahun, sementara sisi lainnya akan membeku dalam kegelapan. Perbedaan suhu yang ekstrem ini akan menciptakan angin yang sangat kencang di perbatasan antara siang dan malam. Tanpa rotasi, medan magnet pelindung Bumi yang dihasilkan oleh pergerakan inti cairnya juga mungkin akan melemah atau lenyap, membuat kita rentan terhadap radiasi kosmik berbahaya. Singkatnya, kita harus sangat bersyukur Bumi terus berputar.

Jadi, ketika kamu melihat matahari terbit besok pagi, ingatlah kisah luar biasa di baliknya. Kamu tidak sedang diam, tetapi sedang berada di atas sebuah planet raksasa yang berputar dengan kecepatan ribuan kilometer per jam, sebuah warisan kosmik dari kelahiran tata surya kita miliaran tahun yang lalu. Keren, kan?

Daftar Pustaka

  • Heller, R., & Pudritz, R. E. (2015). The formation of a habitable planet. Scholarpedia, 10(3), 30331.
  • Laycock, S. (2023, February 14). Why does Earth spin? An astronomer explains. The Conversation.
  • NASA. (2023). Solar System Formation. NASA Science.
  • Sagan, C. (1980). Cosmos. Random House.
  • Williams, G. E. (2000). Geological constraints on the Precambrian history of Earth’s rotation and the Moon’s orbit. Reviews of Geophysics, 38(1), 37–59.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Terungkap! Begini Hipotesis Cara Kerja Lightsaber Star Wars Menurut Sains
28Aug

Terungkap! Begini Hipotesis Cara Kerja Lightsaber Star Wars Menurut Sains

Mari jelajahi cara kerja Lightsaber yang mungkin akan membuatmu melihat duel Luke Skywalker dan Darth Vader dengan cara yang benar-benar baru

Rumput Laut untuk Sapi: Solusi Cerdas Mengurangi Emisi Metana dan Menjaga Bumi
11Aug

Rumput Laut untuk Sapi: Solusi Cerdas Mengurangi Emisi Metana dan Menjaga Bumi

Rumput laut kini menjadi harapan baru untuk mengurangi emisi metana sapi secara drastis.

Misteri Ukuran Megalodon: Terpecahkan Bukan dari Tulang, Tapi dari Benda Ini!
11Aug

Misteri Ukuran Megalodon: Terpecahkan Bukan dari Tulang, Tapi dari Benda Ini!

bagaimana para ilmuwan bisa tahu ukuran Megalodon yang diperkirakan mencapai 15 hingga 20 meter, setara dengan bus gandeng, jika mereka tidak pernah menemukan satu pun kerangka utuhnya?

One Response

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *